Metawana, 26 Agustus 2025 – Semarak peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia terus bergaung di pelosok Desa Metawana. Salah satu rangkaian kegiatan yang berhasil menyita perhatian warga adalah Tasyakuran Kemerdekaan yang digelar oleh RT 05 Dusun Sumberan pada Selasa, 26 Agustus 2025. Acara yang digelar di jalan utama RT 05 ini berlangsung sejak pukul 20.00 WIB hingga larut malam, menghadirkan suasana penuh kehangatan, kemeriahan, serta antusiasme luar biasa dari masyarakat.

Rangkaian Sambutan Penuh Makna

Acara dimulai dengan pembukaan dan sambutan dari Ketua Panitia Acara, Eko Kurniadi, yang menekankan pentingnya semangat kebersamaan dalam menyukseskan acara.

“Tasyakuran ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga bentuk rasa syukur kita atas nikmat kemerdekaan. Terima kasih kepada seluruh warga RT 05 yang telah bergotong royong, semoga semangat persatuan ini selalu kita jaga,” ungkapnya.

Kemudian, sambutan dilanjutkan oleh Kepala Dusun Sumberan, Bapak Misro. Ia mengingatkan bahwa peringatan kemerdekaan harus menjadi momentum untuk menumbuhkan kepedulian sosial dan semangat gotong royong.

“Kita harus terus mewariskan semangat gotong royong kepada generasi muda. Kemerdekaan yang kita nikmati hari ini adalah hasil perjuangan para pahlawan, tugas kita adalah mengisi dengan hal-hal bermanfaat,” tegasnya.

Acara semakin istimewa dengan kehadiran anggota DPRD Kabupaten Banjarnegara dari Dapil VI, Untug Saefudin, yang memberikan apresiasi atas kekompakan warga Dusun Sumberan.

“Saya merasa bangga bisa hadir di tengah masyarakat yang guyub rukun seperti ini. Namun, perlu diingat bahwa kemajuan desa bukan hanya soal pembangunan fisik, melainkan juga bergantung pada kemajuan SDM-nya. Ketika masyarakatnya cerdas, sehat, dan berdaya saing, maka desa pun akan maju,” ujarnya disambut tepuk tangan meriah.

Kehadiran Tamu Undangan

Acara tasyakuran ini semakin terasa istimewa karena dihadiri oleh berbagai tamu undangan dari berbagai kalangan. Tidak hanya warga RT 05 dan Dusun Sumberan, tetapi juga hadir Perangkat Desa Metawana, mulai dari kepala desa, sekretaris desa, hingga perangkat lainnya. Kehadiran mereka menjadi bentuk nyata dukungan pemerintah desa terhadap upaya warganya dalam membangun kebersamaan.

Selain itu, para tokoh masyarakat dan sesepuh desa turut hadir, duduk di barisan depan dengan penuh perhatian. Mereka memberikan doa restu dan dorongan moral bagi generasi muda. Tidak ketinggalan, seluruh Ketua RT se-Dusun Sumberan juga hadir, bukan sekadar sebagai undangan formal, tetapi juga sebagai representasi warganya. Hal ini menjadikan acara benar-benar mencerminkan kebersamaan seluruh lapisan masyarakat.

Hadir pula anggota DPRD Banjarnegara Dapil VI, yang menekakan pentingnya kualitas sumber daya manusia sebagai kunci utama kemajuan desa. Kehadiran perwakilan dari Koramil dan Polsek Pagentan juga menambah semarak acara. Kehadiran aparat keamanan ini tidak hanya memberi rasa aman, tetapi juga menunjukkan sinergi antara pemerintah desa, masyarakat, dan aparat negara dalam menjaga ketertiban serta kelancaran jalannya acara.

Sajian Seni Tradisional: Dari Campursari hingga Dangdut

Selepas rangkaian sambutan resmi, panggung utama berubah menjadi pusat hiburan budaya. Malam itu, suasana semakin hangat ketika tokoh Petruk dari kelompok New Arista Musik asal Desa Glampang, Kecamatan Madukara, tampil membuka hiburan dengan suara khas dan tingkah laku humorisnya. Dengan balutan karakter tradisional Jawa, Petruk melantunkan tembang-tembang Jawa yang diiringi alunan gending. Kehadirannya mengingatkan warga bahwa seni tradisi masih memiliki tempat istimewa di hati masyarakat.

Dilanjutkan dengan penampilan campursari dari New Arista Musik, tiga biduan tampil berkolaborasi bersama Petruk, menghadirkan nuansa musik tradisional berpadu modern. Suasana kian semarak ketika biduan dangdut naik ke panggung, membuat warga larut berjoget bersama.Tidak sedikit warga yang maju ke depan panggung untuk ikut berjoget, sementara yang lain bertepuk tangan mengikuti irama. Suasana guyub ini mencerminkan bagaimana musik bisa menyatukan berbagai kalangan, dari anak-anak hingga orang tua.

Pesta Rakyat dengan Warung dan Kuliner

Tak hanya hiburan musik, tasyakuran ini juga menjadi ajang pesta rakyat. Di sekitar lokasi, puluhan warung warga dan pedagang keliling membuka lapak dagangan. Aroma mie ayam, sate, bakso, jagung bakar, hingga aneka seafood memenuhi udara malam itu. Warga yang datang tidak hanya bisa menikmati hiburan, tetapi juga kuliner khas yang menggugah selera.

Tidak hanya makanan, pedagang juga memanfaatkan momen ini untuk menjual berbagai printilan mainan anak-anak. Mulai dari balon, lampu kelap-kelip, hingga mainan tradisional sederhana. Anak-anak tampak ceria, berlarian sambil memegang mainan baru, menambah warna keceriaan malam tasyakuran.

Antusiasme Warga dan Kehangatan Kebersamaan

Menariknya, penonton yang hadir tidak hanya berasal dari Dusun Sumberan atau Desa Metawana. Warga dari desa-desa sekitar juga tampak berbondong-bondong datang untuk menyaksikan kemeriahan acara. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan tasyakuran RT 05 Dusun Sumberan sudah menjadi magnet tersendiri, bukan sekadar hiburan lokal, melainkan wadah silaturahmi antarwarga lintas desa.

Hingga larut malam, penonton masih setia menyaksikan setiap penampilan. Gelak tawa, tepuk tangan, dan canda riang antarwarga menjadi bukti nyata bahwa acara ini berhasil mempererat hubungan sosial masyarakat. Tidak sedikit pula warga yang memanfaatkan momen ini untuk bertemu kerabat dan sahabat lama, menjadikan tasyakuran sebagai ajang mempererat persaudaraan.

Penutup: Wujud Syukur atas Kemerdekaan

Acara tasyakuran RT 05 Dusun Sumberan ini bukan hanya menjadi sarana hiburan semata, tetapi juga wujud rasa syukur atas nikmat kemerdekaan yang telah diraih oleh para pahlawan. Melalui pertunjukan seni tradisi, kebersamaan warga, serta suasana meriah penuh warna, masyarakat kembali diingatkan bahwa kemerdekaan harus diisi dengan semangat gotong royong, pelestarian budaya, dan kebersamaan.

Dengan terselenggaranya acara ini, warga Dusun Sumberan menunjukkan bahwa semangat kemerdekaan bukan hanya ada di dalam upacara resmi, tetapi juga hidup dalam tradisi lokal dan kebersamaan masyarakat. Harapannya, kegiatan serupa dapat terus dilestarikan dari tahun ke tahun sebagai bentuk cinta tanah air sekaligus pengikat erat tali persaudaraan antarwarga.