Metawana, Pagentan, Banjarnegara – Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya tanah longsor serta pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, Pemerintah Desa Metawana bekerja sama dengan Mahasiswa KKN Kelompok 56 UIN Saizu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, dan Koramil Kecamatan Pagentan menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Penanggulangan Bencana Tanah Longsor. Acara ini dilaksanakan pada Senin, 21 Juli 2025, bertempat di Balai Desa Metawana, dimulai pukul 09.00 WIB.

Kegiatan ini dihadiri oleh unsur perangkat desa, tokoh masyarakat, serta perwakilan warga dari seluruh dusun. Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai potensi dan risiko tanah longsor, serta langkah-langkah mitigasi dan tanggap darurat yang dapat dilakukan secara mandiri maupun kolektif.

Sambutan dari Pemerintah Desa dan Koramil Pagentan

Acara dibuka oleh Sekretaris Desa Metawana yang mewakili Kepala Desa. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya kesadaran kolektif warga dalam menghadapi potensi bencana. Salah satu isu yang diangkat adalah keberadaan kolam di lingkungan rumah warga, terutama di daerah rawan longsor. “Kami mohon kesadaran seluruh warga untuk mengevaluasi keberadaan kolam tersebut, karena dapat melemahkan struktur tanah, khususnya saat musim hujan,” ungkapnya.

Perwakilan Koramil Pagentan juga memberikan penegasan bahwa Desa Metawana termasuk dalam zona merah rawan longsor berdasarkan pemetaan wilayah yang telah dilakukan bersama BPBD. Oleh karena itu, diperlukan sinergi antara masyarakat dan pemerintah dalam upaya pencegahan.

Pemaparan Materi dari BPBD Banjarnegara

Materi inti disampaikan oleh Suprayogo, S.IP, selaku Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Banjarnegara. Dalam pemaparannya, beliau menyampaikan bahwa Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten dengan tingkat kerawanan longsor tertinggi di Jawa Tengah. Sepanjang tahun 2024, tercatat hampir 200 kejadian longsor terjadi di berbagai kecamatan.

Beliau menegaskan bahwa penanggulangan bencana harus berbasis kesiapsiagaan, bukan hanya reaksi saat bencana terjadi. Masyarakat diajak untuk mengenali tanda-tanda awal longsor, membentuk sistem peringatan dini, menjaga lingkungan, serta memahami jalur evakuasi. Tak kalah penting, keterlibatan masyarakat dalam pemeliharaan drainase, terasering, dan stabilitas lereng sangat diperlukan.

Dalam sesi tersebut, BPBD juga menyampaikan bahwa Desa Metawana telah ditetapkan sebagai DESTANA (Desa Tangguh Bencana) sejak tahun 2022. Penetapan ini menunjukkan komitmen desa dalam membangun sistem ketangguhan terhadap bencana. Namun demikian, status DESTANA harus diiringi dengan langkah nyata dan partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana.

Peran Mahasiswa KKN dalam Pembangunan Desa Tangguh

Kegiatan sosialisasi ini merupakan salah satu program kerja dari Mahasiswa KKN Kelompok 56 UIN SAIZU yang bertugas di Desa Metawana. Dengan mengusung tema “Membangun Ekosistem Pemberdayaan Masyarakat, Kesehatan, dan Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal”, mahasiswa KKN turut memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kesadaran dan literasi kebencanaan masyarakat.

Dengan adanya kegiatan ini, Pemerintah Desa Metawana berharap masyarakat semakin memahami pentingnya menjaga lingkungan dan menerapkan langkah-langkah mitigasi bencana sejak dini, seperti mengurangi potensi longsor akibat kolam, memperbaiki saluran air, dan membatasi pembangunan di area rawan. Diharapkan pula, sosialisasi ini dapat menjadi awal dari pembentukan budaya siaga bencana di tengah masyarakat.

Pemdes Metawana berkomitmen untuk terus melakukan pendampingan, pembinaan, serta kegiatan edukatif serupa sebagai bagian dari upaya kolektif membangun desa yang tangguh, aman, dan siap menghadapi ancaman bencana alam.